Finiara.id,- Menjadi penulis di era saat ini, seperti menjadi profesi yang semakin digemari dan mulai menarik banyak rekan-rekan untuk menggiatkan diri. Tidak salah, tetapi terkadang banyak orang yang memutuskan untuk mulai menulis banyaknya ide dalam kepala, tetapi tidak pernah selesai menguras pikiran tersebut hingga tandas. Akhirnya, pembaca hanya disuguhi sebuah tulisan dari setengah pemikiran. Terkadang, saat memaksakan diri untuk tetap menulis dalam keadaan yang biasa disebut writers block, bisa juga membuat feel dari tulisan menjadi terasa hilang.
Hal itu adalah sebuah peristiwa wajar yang berkaita dengan ide kepenulisan. Lalu apa, sih, sebenarnya ide itu?
Nah, ide atau gagasan pokok atau pokok pikiran merupakan sebuah hal yang krusial bagi setiap orang. Dalam kepenulisan, ide dapat diibaratkan sebagai momok bagi penulis. Kenapa? Ide itu bersifat laiaknya jailangkung, datang tidak diundang, pulang tidak diantar. Alias mudah datang dan juga mudah pergi tanpa izin.
Namun, manusia sendiri telah diberikan rahmat dari Allah azza wa jalla, dengan kemampuan otak yang mampu berpikir. Hal tersebut, membuat ide sebenarnya mudah untuk dicari dan didapat. Karena dalam pembahasan ide menulis, yang sulit bukanlah datangnya ide, melainkan mencari ide terkait: sesuatu hal yang berada di luar diri kamu; atau suatu hal yang di luar kemampuan kamu; dan bisa juga sesuatu yang di luar apa yang kamu tahu.
Munculnya Ide Menulis
Ide sendiri, tergolong mudah datang hanya dengan merilekskan pikiran, dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Hanya bagaimana cara kamu menatap hal-hal tersebut dengan cara yang berbeda dari orang-orang biasa.
Nah, ide bisa muncul dari mana saja?
-
Al-Quran.
Kalam-kalam Tuhan Semesta Alam adalah kalam yang tak akan pernah habis ditulis, walau dengan tinta sebanyak lautan. (Q.S. Al-Kahfi: 109, “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.”)
Banyak sekali penulis-penulis yang terinspirasi dari Al-Quran, seperti penulis novel best-seller Kupinang Engkau dengan Basmallah M. Fauzil Adhim yang sering terinspirasi oleh Q.S. Ar-Rahman dalam karyanya. Juga beberapa penulis lain yang namanya bahkan sudah terkenal di dalam hingga luar negeri, seperti Habiburrahman El Shirazy.
-
Pengalaman pribadi.
Hal terdekat dari seorang penulis adalah diri penulis itu sendiri. Dari apa yang kamu alami selama satu hari saja, bisa menjadi topik bahasan sebuah novel atau jenis tulisan lainnya. Tidak perlu menuliskan hal hebat seperti berkeliling dunia, laiaknya Hanum Salsabila dan suaminya. Atau menunggu berprestasi di luar negeri dengan menciptakan sejarah, seperti sosok legendaris B.J. Habibie. Kamu tidak akan pernah punya cerita hebat yang sama dengan orang lain, karena kamu berhak menuliskan pengalaman hebat yang hanya kamu miliki. Tentu ide menulis terbesarnya adalah yang terdekat yakni pengalaman pribadi.
-
Hobi.
Untuk poin satu ini, memanglah dibutuhkan renjana dalam diri kamu atau setidaknya kamu memiliki hal yang kamu sukai. Kamu pasti pernah menjumpai beberapa penulis, terutama penulis novel yang terkadang tidak kunjung menyelesaikan tulisannya, kan? Terkadang, saat ditanya jawaban mereka adalah sedang tidak mood dengan tulisannya atau hal lain sebagainya. Namun, hal ini bisa diatasi dengan rasa cinta. Kuncinya adalah, menulislah dari hal yang kamu sukai. Kamu akan lebih bersemangat saat menulis. Selain itu, perjalanan kamu bersama hobi kamu juga tidak akan tersia-siakan begitu saja terlupakan masa. Kamu juga bisa menuliskan biografi kamu, kan, dengan begitu?
-
Lingkungan Terdekat.
Menjadi seorang penulis, tidak hanya dituntut untuk peka terhadap kondisi diri sendiri, tetapi begitu juga kepada lingkungan. Karena, apa yang terjadi di lingkungan kamu, bisa saja kamu olah dan menjadikan hal sederhana berubah menjadi hal yang luar biasa dari sudut pandang yang berbeda. Sederhananya adalah, kamu bisa mengubah hal yang dipandang orang ialah hal remeh temeh. Namun, dari sudut pandang kamu menatap dunia, hal tersebut bisa berubah menjadi hal luar biasa. Jadi lingkungan terdekat berpotensi menjadi ide menulis.
Misalnya saja, kamu seorang yang tergila-gila dengan cerita fantasi. Lalu kamu melihat ada ayam yang berhenti di depan rumah, melihat majikannya pergi. Kamu bisa saja menuliskan, ayam tersebut ternyata tengah mengirimkan mantra untuk bisa mendeteksi kemana majikannya pergi. Ini adalah hal sederhana di mata dunia, tetapi bagaimana kamu menatapnya. Seperti kalimat Bambang Trim dalam Saya Bermimpi Menulis Buku, “inspirasi ibarat ikan-ikan beraneka ragam yang bertebaran di lautan mahaluas; kitalah yang mengailnya.” Siapa yang menyangka juga, bahwa A.A. Navis, sastrawan Indonesia itu sering mendapatkan ide saat jongkok di atas toilet.
-
Hal yang Dikonsumsi.
Sebagai seorang manusia, kamu tidak hanya bisa berbagi, tetapi kamu juga harus menerima. Karena ibarat teko, kamu tidak bisa terus menerus menuangkan teh. Ada kalanya kamu harus diisi ulang agar teko tidak kosong. Sama halnya dengan konsumsi, hal tersebut bisa saja menjadi inspirasi hebat. Misalnya saja saat kamu membaca buku atau menonton film, kamu pasti pernah mengkritik hal tersebut dengan harusnya tadi si Vey begini, harusnya tadi si Ken begitu, coba saja kalau May tidak datang dan beragam pengandaian yang lain. Kamu bisa mulai menuliskannya.
“Membaca untuk menyelami pemikiran-pemikiran baru.” (Mudrajad Kuncoro, 2009).
Pengetahuan seorang penulis itu tercermin dari apa yang dituliskannya, baik secara sadar atau tidak, pasti akan tertuang. Semakin banyak yang dibacanya, semakin luas jangkauan ceritanya. Inspirasi pun datang dari beragam bacaan, seperti Ali Muakhir, penulis cerpen Sekeping Logam Cinta yang mendapatkan ide dari sobekan surat kabar.
-
Status
Media Curhat.
Sebagai era milenial yang apa-apa serba gadget, tidak jarang bahkan yang mencurhatkan isi hatinya juga pada postingan media sosial. Tidak salah, tetapi jadilah penulis dengan tidak menyia-nyiakan kebahagiaan kamu, atau kesedihan kamu, atau bahkan kemurkaan kamu hanya dengan tertulis begitu saja di media sosial tanpa bentuk.
Ubahlah susunan katanya menjadi lebih apik dan rapi, buat dalam bentuk yang berbeda, lalu tuangkan apa yang kamu rasakan dalam tulisan kamu, dan unggah kembali ke media sosial. Sense yang kamu dapat sudah berbeda, kamu tidak akan lagi menyia-nyiakan hal hebat yang terjadi pada harimu, dengan hanya menjadikan hal tersebut postingan belaka. Jadilah, generasi media sosial yang cerdas memanfaatkan peluang.
Selain kelima hal tersebut, bisa saja ide datang dari mana pun. Tetapi, keseluruhannya telah dirangkum di atas. Jadi, mulailah menulis, karena kamu dan apa yang kamu alami berhak diabadikan menjadi bentuk yang lebih berharga dan dapat kamu bagikan kepada seluruh dunia.
Kamu sudah mulai menulis? Mau membagikan karya, tapi tidak tahu kemana. Kamu juga bingung harus apa dengan karya kamu? Kamu punya ide, tapi tidak mengerti bagaimana eksekusinya?
Bener banget mbak, kadang ide saya juga muncul dari status status ornag di sosmed atau obrolan di sosmed.