Finiara.id,- Lahir di era yang bisa menikmati banyak kenikmatan haqiqi dari adanya kemudahan akses atas segala kecanggihan teknologi saat ini adalah hal luar biasa. Bagi Fin, kelahiran akhir masa periode krisis moneter di mana keuangan Indonesia baru saja selesai menghadapi permasalahan besar pada saat tersebut, yakni tahun 1999. Di mana pada saat itu Bank Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan perbaikan terhadap perekonomian Indonesia bersama dengan pemerintah dan instansi lainnya.
Nah, benar, Fin baru lahir pada saat itu yang akhirnya membuat Fin termasuk dalam golongan generasi millenial (yang katanya apa-apa serba instan, serba cepat, tidak perlu berproses. Ya mana ada hidup tanpa proses, masa iya setelah lahir, Fin langsung bisa nulis artikel begini.) Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari 54,86 persen pengguna internet di Indonesia, 49,52 persennya didominasi oleh generasi millenial (rentang usia 19 tahun sampai 34 tahun). Dan kemungkinan akan mengalami peningkatan setelah Palapa Ring 2020 menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Apa itu QR Code?
Dari lonjakan pengguna internet di Indonesia yang semakin siap dengan kehidupan modern yang serba digital. Saat ini penduduk Indonesia sendiri telah menjadikan internet dan gadget sebagai alat yang sangat penting untuk berbagai kebutuhan. Berbagai dampak dari positif hingga negatif pasti dirasakan oleh berbagai pihak. Namun, kita perlu sadari bahwa unsur positifnya tentu saja tidak kalah dengan geliat nilai positif yang dihasilkan oleh keberadaan teknologi yang kian canggih.
Salah satunya adalah dengan keberadaan layanan pembayaran menggunakan QR. Pastinya kita sudah seringkali bertransaksi dengan adanya QR Code dalam layanan dompet digital, kan? Nah, apa itu QR Code?
Quick Responses Code ini bukanlah sembarangan kode, tetapi sebuah kode matriks atau barcode dua dimensi yang isi kodenya dapat diuraikan secara cepat dan tepat. QR Code ini dikembangkan oleh perusahaan asal Jepang yang dipublikasikan di tahun 1994, Denso Wave.
QR Code sendiri memiliki dua jenis, yaitu Static QR Code yang menyebabkan koten QR Code tidak dapat diubah. Dan Dynamic QR Code adalah sebuah QR Code yang berisi URL singkat untuk kemudian dialihkan ke halaman web lain yang menyebabkan QR Code dapat diubah dan digunakan secara terus menerus.
QRIS, QR Standard in Indonesia
Dalam era kemajuan arus ekonomi digital di Indonesia, Bank Indonesia memberikan respons atas perkembangan ekonomi digital dalam lima buah visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang diharapkan dapat meningkatkan stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran, antara lain: 1.) Mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional, 2.) Mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi-keuangan digital, 3.) Menjamin interlink antara fintech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow banking, 4.) Menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumer protection, integritas dan stabilitas, serta persaingan usaha yang sehat, dan 5.) Menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar negara.
Lima visi SPI tersebut akan diimplementasikan Bank Indonesia ke dalam lima inisiatif, yaitu: 1.) Open banking and interlink bank-fintech, 2.) pengembangan retail payment, 3.) GPN, 4.) Pengembangan wholesale payment dan financial market infrastructure, dan 5.) Pengaturan, pengawasan, perizinan, dan pelaporan. Yang mana peluncuran QRIS merupakan langkah awal yang ditempuh BI agar pembayaran melalui QR Code di Indonesia dapat terinterkoneksi dan terinteroperabilitas pada suatu standar yang berlaku untuk seluruhnya.
Layanan Penyedia Pembayaran Melalui QR
Untuk #gairahkanekonomi di Indonesia Bank Indonesia baru saja merilis standar QR Code Indonesia, alias QRIS yang akan diaplikasikan secara nasional dan berlaku efektif pada 1 Januari 2020 mendatang. QRIS ini disusun BI dan ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia) dengan standar internasional EMV Co. Saat ini sendiri, sudah terhitung 12 perusahaan yang mendapatkan izin BI untuk menggunakan pembayaran berbasis QR Code. Apa saja contohnya? Go-Pay, Grab-Pay dengan OVO, T-Cash yang telah berganti menjadi Link Aja, Dana Dompet Digital Indonesia, dan banyak lagi lainnya. Kamu pengguna yang mana saja, nih?
Kenapa akhirnya BI meluncurkan QRIS? Pernah, nggak, sih, di suatu minimarket atau kafe yang mana kita ambil contoh kamu adalah pengguna Go-Pay, sedangkan kafe tersebut hanya terintegrasi dengan pembayaran QR melalui OVO. Karena tiap pembayaran memiliki QR Code sendiri-sendiri, jadi merchant harus memiliki tiap QR dari masing-masing penyedia layanan dompet digital. Otomatis kamu harus membayar dengan cara yang lain, nah, kalau kamu nggak bawa uang tunai gimana?
Nah, QRIS ini akan membuat para merchant hanya perlu satu QR Code untuk seluruh layanan dompet digital. Hal ini dilakukan supaya mempercepat inklusi keuangan dan memajukan UMKM untuk mendorong laju pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Apa Saja ‘Keinstanan’ dari Pembayaran #pakaiQRstandar?
Enough with the heavy, Fin sendiri merasakan kenyamanan, keamanan, dan kepraktisan dari penggunaan dompet digital ini. Well, Fin juga nggak hanya menggunakan satu dompet digital, sebut saja Go-Pay, Ovo, Link Aja, dan Dana, juga i.Saku. Fin semuanya pakai. Buat apa, sih, Fin kok sampai pakai semua layanan begitu? Karena problem yang disampaikan di atas, yakni nggak semua merchant menyediakan beberapa QR Code bagi banyak penyedia layanan.
Contohnya saja ketika beli tiket bioskop, Fin bayarnya pakai DANA. Lalu, ketika berdonasi menggunakan OVO atau Link Aja, saat membayar di minimarket menggunakan i.Saku atau Go-Pay. Maklum, ya, Fin kan sering jalan-jalan keluar rumah sendirian demi mengumpulkan story. Jadi, keberadaan dompet digital ini sangat membantu bagi Fin yang malas ribet. Terlebih lagi, bagi orang yang seringnya bepergian sendirian seperti Fin.
#Tanpa Ribet Bawa Duit
Kebayang nggak, sih, kalau naik ojek dengan bawaan banyak, apalagi saat traveling sendirian. Dan masih harus bayar menggunakan uang kartal adalah sebuah kegabutan haqiqi, semenjak adanya layanan ojek online. Fin sekali pun belum pernah menggunakan layanan bayar secara tunai, pada setiap transaksinya. Kenapa? Menghitung uang dalam jumlah yang pas dan waktu yang singkat, tolong, Fin bukan teller bank. Belum lagi, ribet dengan belanjaan. Kalau menggunakan dompet digital?
Langsung saja setelah turun, lepas helm, dan bilang ke Bapak Driver Ojol, “Bayarnya pakai OVO, ya, Pak.”
Termasuk pula ketika di suatu tempat makan, pernah suatu waktu Fin melihat ada sekumpulan ABG masuk kafe dan sedang menghitung uang patungannya untuk membayar makanan masing-masing di depan kasir sampai ribut segala rupa. Dan, Fin pernah ada di masa tersebut, sekarang? Oh, Fin sebagai makhluk yang berurusan dengan dunia digital, tentunya sudah beralih dengan beralih ke pembayaran digital.
Tinggal bilang depan kasir, “bayarnya scan QR, ya!”
#Nggak Perlu Sibuk Ngitung Recehan
Pernah merasakan bagaimana rasanya di kantong ada uang recehan puluhan ribu? Jangan puluhan ribu, deh, 500,- rupiah saja dalam bentuk pecahan 200,- rupiah dan 100,- rupiah. Bunyinya nyaring, kalau buat jalan apalagi berlari. Belum lagi saat dipakai membenarkan tali sepatu, sedangkan si grup uang koin itu ada di saku kemeja atas. Menunduk? Menggelinding rialah mereka semua. Nggak hanya itu, uang koin juga semakin banyak akan semakin berat di kantong karena bobotnya dan proses menghitungnya yang perlu effort lebih besar daripada uang kartal.
Sedangkan kalau pakai dompet digital? Nggak perlu menghitung berapa jumlah recehannya, atau bahkan berat di kantong, atau harus menukarkan recehan ke bank. Karena seluruh sistemnya yang berfungsi seperti pada rekening pada umumnya, seluruh transaksi tercatat dengan jelas.
#Nggak Usah Takut Kelupaan Bawa Dompet
Fin adalah tipe orang yang pelupa akut, pernah suatu ketika, pada saat itu sedang ada di kawasan perbelanjaan di Kota Surabaya. Jauh-jauh dari Malang, lupa bawa dompet. Ingatnya di mana? Ingatnya pas sudah ada di Surabaya, posisi setelah makan. Lantas bayarnya pakai apa? Orang uang tunai dan ATM ada di dompet semua. Masa iya, mau cuci piring karena makan seporsi gado-gado?
Tenang, ada uang digital.
Fin adalah golongan millenial yang lebih mudah ingat dengan gadget daripada tugas kuliah. (Hahha, seriusan loh ini) Jadi, seringnya, tiap kali ada uang, Fin hanya menyisakan beberapa puluh ribu sebagai uang kartal. Sisanya? Masuk semua ke dompet digital.
#Banyak Fitur lainnya
Penyedia layanan dompet digital sudah benar-benar pas bagi millenial dan kaum pengabdi gadget, di mana semua harus serba digital selayaknya orang yang menggenggam dunia dalam sebuah ponsel. Beberapa layanan dompet digital pun rata-rata sudah menyediakan fitur-fitur luar biasa. Ibarat, selama ada saldonya, kamu nggak perlu repot keluar rumah. Fitur seperti apa? Seperti pembayaran di minimarket, atau warung bakso sekalipun. Bayar BPJS, listrik, PDAM, pulsa, bahkan zakat dan donasi.
#Bisa Tarik Tunai di ATM tanpa Kartu ATM
Nah, ini dia fitur yang sangat membantu pula, yaitu dompet digital yang terintegrasi dengan banyak bank. Di beberapa penyedia layanan uang digital, menyediakan fitur tarik tunai di ATM. Jadi, tidak perlu membawa kartu ATM atau buku tabungan untuk melakukan tarik tunai. Biasanya pula bisa melakukan semacam auto-debit kepada akun dompet digital melalui rekening bank.
#Kemudahan Membayar e-Commerce
Siapa yang suka belanja online? Fin suka, dong. Sekali lagi, Fin itu meski sering ke pasar, tapi tujuannya bukan untuk belanja. Namun, mencari cerita dan hunting foto orang-orang yang berlalu-lalang di dalam pasar. Lalu belanjanya di mana? Ya, sudah, otomatis di situs e-Commerce dan lagi pembayarannya juga bisa melalui dompet digital. Wah, sudah lengkap banget, dong, kan. Gih, transfer saldo ke akun Fin, biar Fin bisa lanjut belanja.
#Banyak Promo
Ini dia adalah hal yang sering sekali Fin pantengin setiap saat, wkwkwk, maklum ya mahasiswi jomblo begini butuh banyak promo untuk membeli barang-barang kebutuhan. Biasanya tiap penyedia layanan selalu ada saja promo-promo setiap harinya, seperti Cashback hingga 50% untuk transaksi tertentu dan lain sebagainya. Terkadang, juga dengan memberlakukannya sistem poin dari transaksi pembayaran yang sudah dilakukan, yang kemudian poin tersebut dapat di-reedem untuk melakukan pembayaran kembali.
Go Digital, #majukanekonomiyuk
Nah, Bank Indonesia sendiri akan menerbitkan aturan penggunaan QR Code dalam metode pembayaran, terkait dengan standardisasi yang akan menciptakan interoperabilitas dalam setiap penggunaannya. Pengujian pertama pada standardisasinya dilakukan pada September – November 2018. Lalu uji coba kedua dilakukan pada April – Mei 2019, sebelum resmi diluncurkan bertepatan denga perayaan HUT Ke-74 Republik Indonesia.
Melalui Kompas.com, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, “Standardisasi QR Code ini dibuat untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.”
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition dalam acara Festival Edukasi Bank Indonesia #feskabi2019. Semua bentuk infografis di dalamnya adalah karya Finaira Kara, selaku penulis.
Sumber:
Siaran Pers Bank Indonesia – Bank Indonesia Paparkan 5 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025
Tempo.co – Ekonomi Digital Makin Berkembang, BI Tawarkan 5 Visi Sistem Pembayaran 2025
Jaringanprima.co – Mengenal Lima Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025
Kompas.com – BI Luncurkan Standar QR Code Indonesia
hahahahaha iya sekarang serba praktis, cashless tinggal scan.. mudah dan hemat juga ada cashback 😛